TELIKSANDI.ID, Sukoharjo, Sesuai SK Gubernur Jateng Nomor 312/112 Tahun 2019, tertanggal 5 November 2019, tentang penerima bantuan keuangan kepada pemerintah desa, untuk peningkatan sarana prasarana pedesaan, tahap III anggaran pendapatan dan pendapatan dan belanja daerah Provinsi Jawa Tengah tahun anggaran 2019.
Untuk di Kecamatan Tawangsari Desa Grejegan, mendapat bantuan pengaspalan jalan di Dukuh Ngadipiro RT 01/04 senilai 92.770.000,- dalam pelaksanaan di kerjakan sepanjang 500 meter, lebar 2,5 meter dan tebal bervariatif dan terkesan asal jadi, bahkan ada beberapa bagian yang mengalami kerusakan dan tidak ada prasasti sebagai wujud keterbukaan.
Sementara untuk Desa Lorog rehab jalan aspal di Dukuh Karangasem RT 01/11 sebesar 50 juta, dalam pelaksanaan rehab salah satu warga sekitar menyatakan sudah empat bulan yang lalu selesai dikerjakan.
Namun warga tersebut menyanyangkan pekerjaan rehab yang sudah mengelupas ini, dia katakan “Sia-sia di kerjakan baru berjalan empat bulan sudah mengelupas”, kata warga tersebut.
Kemudian Desa Kedungjambal rehab jalan aspal di Dukuh Pandangrangkang di RT 01 RW 01/02 mendapat bantuan 50 juta. Dalam pelaksanaan juga terlihat asal jadi, dimana tambal sulam sudah terlihat menyembul keluar dan terlihat tidak rapi, bahkan ada yang mengelupas.
Sedangkan untuk di Desa Tambakboyo, mendapat bantuan dua titik, yakni betonisasi jalan Dukuh Tambakboyo sebesar 150 juta, sedangkan talud bahu jalan usaha tani Dukuh Blerong-Karangwaru RW 04 senilai 150 juta.
Dalam pantauan tim di lokasi, untuk betonisasi jalan Dukuh Tambakboyo baru di kerjakan sepanjang sekitar 100 meter, lebar tiga meter dan tinggi 10 cm, tak ada papan informasi pekerjaan.
Seperti yang diucapkan salah satu tokoh masyarakat yang namanya tak mau disebutkan, pekerjaan terhenti karena sedang ada pamdemi virus covid-19.
Kata dia, pekerjaan nanti rencana sepanjang 600 meter, saat di tanya besarnya biaya dia tidak tahu persis. Ini menunjukkan desa tidak transparan.
Sementara untuk talud Dukuh Blerong- Karangwaru, di lokasi juga tak jauh beda dengan betonisasi di Dukuh Tambakboyo. Pekerjaan baru di kerjakan namun terhenti, salah seorang warga sekitar menyampaikan pekerjaan di hentikan sementara oleh pihak desa, dia katakan tidak paham alasannya.
Terlihat tumpukan batu putih, pasir dan alat molen masih tertata di lokasi dan tidak ada papan nama, sebagai wujud keterbukaaan.
Terkait hal ini, salah satu Tim Korwilsus AWPI (Asosiasi Wartawan Profesional Indonesia) Solo Raya, angkat bicara, dia menyanyangkan pelaksanaan banprov di tiga desa yang di kerjakan terlihat asal-asalan, dan untuk Desa Tambakboyo juga tidak di kerjakan tidak tepat waktu dan yang menjadi pertanyaan bagaimana proses akhir dalam pembuatan SPJ ?
“Saya rasa untuk Desa Tambakboyo akan semakin lama selesai, karena saat ini pastinya masyarakat takut untuk mengerjakan, efek dari corona, itu kesalahan dari sistem pengerjaan yang lamban, “urai dia.
Saat di konfirmasi keempat desa tersebut, melalui Ketua Paguyuban Kades Rudi selaku Kades Majasto menyampaikan, proses pencarian banprov 2019, dia mengalihkan pembicaraan seputar desa yang saat ini fokus kegiatan pandemi corona.
“Bapak tidak tahu kan , dana itu masuk rekening desa tanggal berapa bulan apa ?”
“Bapak juga tidak tahu perkembangan terkini tentang pelaksanaan pembangunan di 4 desa tersebut ?”
“Lagian, saat ini pemerintah dan rakyat baru fokus ke corona. Bahkan dunia juga baru fokus ke corona, tapi bapak ?”
“Empatinya dimana ?”
“Maaf bapak, untuk sementara waktu kami tidak bisa diajak koordinasi masalah ini. Kami baru fokus ke corona. Kalau koordinasi masalah corona mari, ” jawab dia melalui pesan whatsAppnya. (Tim)