TELIKSANDI
NEWS TICKER

Budayawan Sujiwo Tejo dan Kyai Kanjeng Meriahkan Halal Bihalal Tuntas Subagyo di Sukoharjo

Senin, 7 April 2025 | 6:13 pm
Reporter:
Posted by: khusus redaksi
Dibaca: 51

Sukoharjo – Terdengar lantunan lagu-lagu “Ela Elo Wong Bodo Ngaku Pinter” dan “Ela Elo TST Tondone Uang Bawah Meja” yang dibawakan oleh Kyai Kanjeng pimpinan Emha Ainun Najib menggema dari panggung besar. Budayawan kondang Sujiwo Tejo asal Jakarta berhasil menyita perhatian penonton dalam acara Open House Prof. Tuntas Subagyo, Ketua Partai Kedaulatan Rakyat (PKR), Yayasan Wilwatikta, dan Tikus Pithi Hanatabaris, yang digelar di Taman Ratu Mauliyda, Purbayan, Baki, Sukoharjo pada Minggu (6/4/2025).

Menurut Sujiwo Tejo, utang roso tidak bisa dinilai dengan harta benda. Rasa kepada Allah Sang Maha Pencipta jauh lebih utama dibanding utang materi.

“Utang roso kepada tetangga, saudara, itu tidak bisa dibayar. Apalagi utang *roso* kepada Gusti Allah yang tertanam dalam batin,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sujiwo Tejo menyampaikan filosofi hidup “urip mung mampir ngombe” (hidup hanya sebentar), di mana manusia sejatinya hidup untuk membayar utang roso kepada sesama.

“Contohnya penjual gado-gado yang dibayar Rp10.000, yang sebenarnya dibayar adalah pikirannya saat membuat gado-gado dan waktunya agar *roso*-nya terasa enak bagi pelanggan,” jelasnya.  

“Sing tak bayar pikiranmu, sing tak bayar mung wektumu,” tambahnya.

Sujiwo juga menyinggung filosofi Sugih Tanpo Bondo (kaya tanpa harta), yang menurutnya berarti rezeki bukan semata berupa materi, tapi juga kesehatan, pertemuan, dan musik. Filosofi ini diangkat dari ajaran Sosrokartono.

Sementara itu, Kyai Budi Hartono asal Yogyakarta menyampaikan sentilan spiritual dalam pidatonya.

“Moto satu Dajjal: dunia dikorupsi, tapi masyarakat Indonesia masih bisa hidup. Itu adalah bukti kekuasaan Sang Maha Kuasa, Allah SWT,” ujarnya.

Prof. Dr. (H.C.) Tuntas Subagyo, Ph.D., selaku tuan rumah, menyampaikan bahwa acara halal bihalal dan open house ini merupakan bentuk mempererat tali silaturahmi antarwarga, yang dikemas dalam bentuk hiburan dan makan bersama.

 “Puncak acara ini sengaja menghadirkan Kyai Kanjeng dan Budayawan Sujiwo Tejo agar warga bisa berinteraksi langsung, berdialog, sehingga hiburan ini menjadi tontonan sekaligus tuntunan. Tujuannya untuk menjaga marwah makna Idulfitri melalui kegiatan halal bihalal,” terang Prof. Tuntas.

Rangkaian acara sebelum open house juga diisi dengan berbagai lomba, seperti lomba adzan, lomba fashion show, dan lomba takbiran.

Panggung megah di Taman Ratu Mauliyda (TRM) tidak hanya menyuguhkan musik dan dialog, tetapi juga pertunjukan Tari Sufi yang dipimpin oleh Budi Hartono. Tarian berputar-putar yang dibawakan oleh penari pria dan wanita ini menggambarkan prosesi tawaf di Tanah Suci. Mereka mengenakan topi lonjong menjulang berwarna merah, yang melambangkan “pathok” atau nisan kuburan—sebagai pengingat bahwa manusia akan kembali kepada Allah SWT.(Uci/Red)

Share this:

[addtoany]

Berita Lainnya

AWPI PERS GUARD - TELIKSANDI.ID