Teks foto: Ratusan massa yang menyerang kediaman milik OG.
Wampu | Teliksandi.id – Salah seorang pekerja perkebunan sawit Nanda Kurniawan (19) asal Marelan, mengalami luka akibat lemparan batu di bagian kepalanya, saat ratusan massa yang menggunakan kayu, clurit, tojok, klewang dan batu, menyerang rumah milik OG di Dusun VII Bukit Dinding, Desa Besilam Bukit Lembasa, Kecamatan Wampu, Kabupaten Langkat, Sabtu (22/5/2021) sekira jam 16.00 WIB.
Tak hanya Nanda, Teddy Prastio (20) warga Desa Kebun Balok, Kecamatan Wampu yang disebut-sebut berada bersama gerombolan ratusan massa yang menyerang kediaman OG tersebut, juga mengalami luka tembak di bagian bahu kanannya, yang diduga terkena tembakan dari kelompok massa penyerang.
Kanit Reskrim Polsek Stabat IPDA Hermawan membenarkan penyerangan rumah OG tersebut. “Kejadiannya dekat Masjid Al Ikhlas, Dusun Bukit Dinding. Ada warga yang terkena tembakan di bagian bahunya. Sekarang masih dirawat di RS P Bidadari Stabat,” terang Hermawan.
Diprovokasi
Aksi penyerangan itu diduga dipicu oleh Mah, Sik, Sis, Ruk dan Pey Cs, warga Desa Besilam Bukit Lembasa yang diduga memprovokasi massa. Motifasinya, diduga karena Pey Cs merasa tidak terima, karena aksinya yang kerap menerima buah sawit curian di desa tersebut terusik, sejak dikeluarkannya pernyataan dari empat kadus Desa Besilam Bukit Lembasa, 20 Mei 2021 kemarin.
Dalam pernyataan tertulis yang ditandatangani Kades Besilam Bukit Lembasa Suningrat, para Kadus VI, VII, X dan XIII yang merasa resah dengan sering terjadinya kehilangan buah sawit, pembobolan rumah/gubuk dan hilangnya besi jembatan yang dilakukan oleh sekelompok orang di dusun mereka.
“Kami sudah sepakat untuk buat plang agar pencurian sawit di sini bisa teratasi. Disamping itu, setiap warga yang membeli sawit di sini harus memperbaiki jalan yang rusak, serta along-along tidak dibenarkan lalu lalang bawa sawit di sini,” tegas Kadus XIII Suprianto, Minggu (23/5) sore, sembari menyebutkan bahwa along-along kerap membawa sawit curian dan dijual ke Pey CS.
Tak Ada Pemukulan
Pada kesempatan itu, Suprianto juga membantah bahwa tak ada pemukulan terhadap ibu-ibu yang dituduhkan kepada LSG alias TG, anak dari OG. “Gak ada pemukulan ibu-ibu di sini. Aku pun di sini semalam. TG hanya meminta ibu-ibu yang keberatan atas perjanjian yang kami buat, untuk menunjukkan lahan sawitnya di sini. Gak lama ibu-ibu itu pergi, datanglah rarusan massa menyerang ke sini,” sambungnya.
Kadus XIII itu menambahkan, tidak benar bahwa TG yang menguasai dan memaksa warga untuk menjual sawit kepadanya. Bahkan, Bolang MP, Pano, Aji, dan Arsad yang hingga saat ini membeli sawit warga di sana. “Empat orang agen sawit dari Dusun Bukit Dinding juga masih beli sawit di sini dan tak ada paksaan sama sekali,” tandasnya.
Letusan Senjata Api
Sebelum kepalanya terkena lemparan batu, Nanda Kurniawan sempat mendengar letusan senjata api. Saat itu, dirinya tak tau kalau ada korban yang terkena tembakan. “Lebih kurang empat kali aku dengar suara tembakan dari arah massa yang nyerang kami. Rupanya, ada korban dari gerombolan mereka yang kena tembakan di bagian bahunya,” beber Nanda.
Warga asal Marelan itu menambahkan, hingga di wawancarai awak media, dirinya belum pernah ditemui oleh aparat kepolisian, baik dari Polsek Stabat maupun dari Polres Langkat. “Aku kan korban dari massa yang menyerang ke sini, kenapa aku gak dimintai keterangan.
Melapor ke Polres Langkat
Misnawati (34), salah seorang warga yang rumahnya juga menjadi sasaran lemparan batu ratusan massa itu, merasa sangat keberatan atas kejadian yang menimpanya. Dirinya berharap, agar aparat penegak hukum dapat segera menangkap dalang dari aksi brutal ratusan massa itu.
“Yang aku lihat dengan jelas, Mah, Sik, Su, Ruk dan Pey Cs yang menyerang kami dengan membabi buta. Apa rupanya salah ku sama mereka, kok rumahku pula yang jadi sasarannya. Aku mau buat laporan ke Polres Langkat dan minta dalang kerusuhan itu harus segera ditangkap dan diproses sesuai dnegan hukum yang berlaku,” tegasnya.
Rutin Perbaiki Jalan
Sementara, OG, orang tua dari TG yang dituduhkan melakukan pemukulan terhadap ibu-ibu, kerap memperbaiki jalan yang di Desa Besilam Bukit Lembasa. “Pak OG itu selalu memperbaiki jalan di desa ini. Tak hanya mengupah dua orang pekerja untuk merawat jalan dan parit, OG juga tiap tahunnya menurunkan alat berat untuk memperbaiki jalan,” kata warga yang mengaku bernama Gepeng.
Kalau masalah pemukulan, lanjut Gepeng, gak mungkin OG memukuli orang, karena yang bersangkutan sudah mengalami stroke selama delapan tahun terakhir. “Sempat juga aku dengar OG memukuli ibu-ibu. Tapi itu gak mungkin, karena OG itu dah 8 tahun stroke. Jalan aja pun dia sulit, gimana pula mau mukuli orang,” tandas Gepeng.
Kasat Reskrim Polres Langkat IPTU Muhammad Said Husen SIK hingga saat ini belum dapat memberikan keterangan terkait peristiwa ratusan massa yang menyerang rumah warga tersebut, meskipun pesan yang dikirim ke WhatsAppnya sudah terkirim. (Red/AVID/r).