JAKARTA – Kementerian Koordinator bidang Perekonomian, Kementerian Keuangan, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) melakukan koordinasi untuk stabilitas dan mendorong pertumbuhan ekonomi 2018.
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan, ketahanan ekonomi Indonesia di tengah gejolak ekonomi global masih kuat. Meskipun tertekan oleh rencana kenaikan Fed Fund Rate karena ekonomi AS semakin baik dan inflasi semakin tinggi, kebijakan fiskal AS yang ekspansif dan sejumlah resiko geopolitik termasuk ketidakpastian global mengenai perang dagang AS dan China.
“Seberapa jauh ekonomi Indonesia kuat? Kita yakin ketahanan ekonomi Indonesia cukup kuat. Saat ini juga telah ditunjukan kita kuat,” tuturnya di Kementerian Keuangan, Jakarta, Senin (28/5/2018).
Menurut Perry, ada tiga faktor yang membuat ekonomi Indonesia kuat. Pertama, fundamental ekonomi baik terlihat dari inflasi rendah dibandingkan periode sebelumnya, CAD 40% dan pertumbuhan ekonomi sedang proses recovery.
Kedua, kesiapan Indonesia melakukan koordinasi terhadap setiap masalah. Hal ini sebagai respons yang menunjukan bagaimana kebijakan makro ekonomi fiskal.
“Jadi kalau memang diperlukan stabilitas ya kita sesuaikan dengan BI 7-Day Repo Rate dengan mengurangi keperluan untuk growth jangan menengah panjang,” tuturnya.
Ketiga, Indonesia punya bantalan yang kuat dalam atasi tantangan eksternal. Terlihat dari cadangan devisa yang lebih dari cukup, kemudian kita juga memiliki UU mengenai pencegahan kriss keuangan.
“Jadi ketiga faktor ini yang menunjukan Indonesia cukup kuat,” tuturnya.
Meski kuat, Perry mengatakan, BI prioritaskan kebijakan moneter untuk stabilitas jangka pendek.
sumber:okezone.com