Teliksandi.id-Ambon, Sambut Idhul Adha 1440 H, warga Gunung Malintang Desa Hative Kecil RT 05/06 Kota Ambon, Provinsi Maluku, melakukan aksi Haderat yang setiap tahun telah menjadi tradisi budaya lokal kegiatan tersebut di lakukan, tepatnya Hari Senin (5/8/19) giat tersebut merupakan sebagai simbol keagamaan .
Menurut Lehane yang merupakan Khotib Masjid Al Huda Gunung Malintang RT 05/06 Ambon.
“Idul Adha adalah ajang momentum setahun sekali yang di rayakan oleh umat muslim di seluruh tanah air dan seluruh dunia, budaya literasi perlunya pemahaman di kalangan anak muda untuk memahami dan membedakan mana budaya, adat dan keagamaan. maka dari itu kami sebagai umat muslim yang cinta kepada agama, turut meramaikan Hari Besar Idul Adha 1440 H guna mendongkrak para generasi muda agar mereka dapat belajar dan mengembangkan terus budaya-budaya lokal seperti Haderat sehingga tidak tergerus oleh jaman,” ujarnya
Baca Juga :
AWPI Malang Raya Potong Dua Ekor Kambing Rakayan Idul Adha 1440H/2019
Suasana Qurban Masjid Alfalah Kaloran Gemolong Sragen, 10 Sapi & 4 Kambing
Ia menambahkan selain itu, “Saya selaku Khotib yang berperan penting di Rumah Allah SWT yakni, Masjid Al Huda Gunung Malintang Ambon mengambil langkah tegas dari tahun 2010 lalu sampai pada Tahun 2019 dengan cara mengumumkan kepada warga setempat untuk terus mengembangkan Haderat Sebagai didikan keagamaan oleh generasi baru kedepan, sebab Haderat sangatlah berperan penting dikalangan Umat Muslim sesuai peninggalan para leluhur dimasa lampau ,” imbunya
Rekomendasi redaksi :
Komunitas Shorenk PSHT Gelar Baksos Bantuan Air Bersih Di Gebang Sragen
Pasalnya , kita selaku Hamba yang bertakwa Kepada Allah SWT harus patuh menjalankan perintahnya, dan menjauhi semua laranganya. Haderat jika dijalankan pada saat moment tertentu seperti Hari Raya Kurban, Pahala lebih besar ketimbang dirayakan oleh orang sunatan atau acara pernikahan.
Ketua Panitia Haderat, Hj Maryam menegaskan , baru-baru ini tepatnya pukul 07:00 WIT, kami tak pernah luput tiap adakan Haderat, walaupun kondisi alam yang tidak bersahabat,” kami tetap jalan sesuai agenda yang telah di bentuk dan tidak bisa dirubah. Haderat terdiri dari 20 orang, 10 Pria Dan 10 Wanita yang berumuran 4 sampai 7 tahun. Disamping itu saya selalu berusaha agar mereka bisa lebih baik lagi kedepan tanpa diajari sehingga mereka dapat mengembangkan terus budaya lokal ini sebagai mandat turun temurun kepada anak dan cucu kita kedepan agar lebih kolektif lagi ,”
pungkasya (Adelaik,Ambon)