Boyolali | Teliksandi.id – Disiplin berlalulintas merupakan kebutuhan yang semestinya dipenuhi oleh setiap pengguna jalan raya, sebab tak jarang karena minimnya etika dijalan raya berujung pidana bagi pengendara, maka dari itu pengemudi harus sabar dan sopan pada sesama. Adalah Supriyadi alias Slamet dan Wawan Prakoso alias Pletuk adalah contoh penguna jalan raya yang sangat menyesali perbuatannya, dimana karena emosi sesaat pihaknya terlibat konflik dengan pengguna jalan lainnya dan berujung disebut “preman” dalam pemberitaan.
Kepada Janter Ruddy Suharto Pembina Dewan Pimpinan Nasional (DPN) SAPU JAGAD Slamet menyampaikan “kami sangat sesalkan pemberitaan yang menyebut kami preman beberapa waktu silam”.
Lebih lanjut Slamet menceritakan, bermula pada jum’at (5/5/2023) dini hari, bus AKAP (Antar Kota Antar Provinsi) yang di kemudikan Suwito menurunkan penumpang di exit tol Boyolali hendak putar balik dan kembali masuk tol, diwaktu yang bersamaan Danu Setiya Aji kernet AKAP turun dari bus menghentikan mobil yang ditumpangi Slamet dan Pletuk. Merasa perjalanannya terganggu, Slamet turun dari mobil menghampiri kernet AKAP kemudian terjadilah hal yang tidak diinginkan, setelah kernet kembali masuk kedalam bus diganti sopir keluar dari ruang kemudi dimana hal itu memancing Pletuk yang semula diam didalam mobil keluar menghampiri dan lagi-lagi hal yang tidak diinginkanpun kembali terjadi.
Atas petistiwa yang terjadi Slamet dan Pletuk sangat menyesal, kenapa dirinya tidak dapat mengendalikan emosi, dan secara terbuka mereka meminta maaf kepada semua pihak khususnya pemumpang, awak crew dan PO bus AKAP. “Kami bukan preman, kami hanya korban emosi sesaat waktu dijalan, kami minta maaf kepada semua pihak yang dirugikan”, pungkasnya penuh dengan penyesalan.
Kung Janter panggilan akrab Pembina DPN Sapu Jagad itu berharap dan berpesan “utamakan kesabaran, jaga emosi selama dijalan, jadikan kasus ini sebagai pelajaran”.
(Red/007)