TELIKSANDI.ID – Menjadi seorang wartawan sejak Aktive 2002 kala itu, sempat fakum dua tahun dan aktif kembali menjalankan profesinya di tahun 2004 sampai saat ini, ia diterima menjadi wartawan lokal di salah satu perusahaan media mingguan (tabloid) Referensi. berbicara soal gaji tidak menentu tergantung banyaknya tulisan yang jadi minat dari pembaca, tentunya pekerjaannya sebagai wartawan masa itu tidak semuanya dapat memenuhi kebutuhan hidup dengan menghidupi keluarga dan dua orang saat itu, tutur hariadi.
“Setahun pertama upah saya Rp 450 000 ribu sebulan. Saya sempat ingin menyerah menjadi wartawan karena upah yang tidak sesuai harapan,” ungkapnya.
Meski dari segi gaji saat itu tidak memuaskan, tapi mendapatkan keasyikan tersendiri menjadi wartawan. Ia bisa kenal dengan banyak orang dari berbagai kalangan. Ia pun tidak harus duduk seharian di kantor yang dirasa sangat menjenuhkan.
Hariadi kemudian berpikir untuk mencari uang tambahan dengan cara halal, pikirnya akan kembali menggeluti dunia otomotive (Mechanic) yang sempat cukup lama ditekuninya dan saat bersamaan, ia aktif menjalankan media online mapji dengan bekerja di beberapa media online nasional yang lain.
“Dari sini uang yang didapat cukup lumayan, apalagi saya masih hidup berempat dengan istri dan dua orang anak” tutur Hariadi waktu itu.
Saya pun bisa menabung dari gaji penghasilan sebagai wartawan koran lokal, ditambah dengan aktif dalam dunia otomotive sebagai seorang Mekanik saat itu serta tergabung di beberapa media online nasional. Tapi beberapa tahun terus berjalan bingung yang mana jadi prioritas utama dalam pekerjaan. mecanik tetap berlanjut cuman terkadang sulit mengatasi fokus di salah satu pekerjaan, karena sulitnya membagi waktu dengan liputan dan juga mengerjakan kendaraan milik.
Tahun 2017 dengan berbagai pertimbangan, ia pun keluar dari koran lokal tempat awalnya bekerja sebagai jurnalis dimedia cetak tablod “sejak saat itu Hariadi talli hanya bekerja di satu media online nasional saja dengan status sebagai wartawan biro sekalipun penghasilan tidak menentu.
Hariadi kembali merintis perkerjaan yang sudah lama ia tekuni sebagai seorang mekanik mesin mobil dan motor, usaha ini membuat pendapatan saya sedikit meningkat dibanding kala itu tapi hanya berjalan beberapa tahun saja karena terkendala dengan modal dan banyaknya persaingan, paparnya.
Setelah usaha sampingannya tidak berlanjut, Hariadi pun kembali memulai dengan memasukkan permohonan di salah satu perusahaan otomotive (dealer) Honda yang ada di Makassar, alhasil Hariadi pun di terimah di salah satu dealer Honda sebagai guru pembimbing yang mengajari karyawan baru status kepala mekanik kala itu, kerja pagi sampai sore namun penulisan berita tetap saja ia jalankan “ujarnya.
Lagi-lagi pekerjaan itu tidak bertahan lama setelah dua tahun berjalan, perusahaan tempatnya bekerja di Makassar di tutup karna kekurangan modal dan bahan sperpak model terbaru, kini Hariadi kembali merintis usaha baru yaitu membuka perbengkelan di tempat lokasi rumahnya namun tetap tidak berkelanjutan.
Bagi Hariadi jatuh-bangun dalam usaha dianggap sebagai hal biasa. Itu dianggap sebagai bagian dari jalan menuju kesuksesan di masa depan,
Namun yang jelas menurutnya, ia tidak ingin meninggalkan profesi sebagai wartawan dan bakat mekanik yang dimilikinya tetap optimis dan semangat profesional menjalankan profesi untuk mendapatkan rezeki yang halal, apalagi dengan media online yang begitu banyak dan menjamur tentu banyak persaingan.
Meski begitu, ia tetap bersyukur berapapun hasil yang di dapat dari pemberitaan dan pekerjaan sebagai mekanik ia syukuri, Hariadi bertekad agar kelak memiliki usaha sendiri lagi yang maju dan tidak lagi berharap dari orang lain,”tuturnya.(*)
Penulis : Hariadi Talli