AMBON, TELIKSANDI.ID – Gempa bumi yang berkekuatan 6,8 dengan kedalaman 10 km mengguncang pulau ambon, dan pulau seram pada 26 september lalu mengakibatkan kerusakan total. Menurut data terbaru yang di rilis dari pihak korban baru-baru ini, bahwa setelah masa kejadian goyangan pertama rumahnya langsung runtuh.
Lanjutnya, dindinding tembok roboh, dan sebagian atap sen terlepas, linstrik pun rusak tak ada korban jiwa. Korban pun menyelamatkan diri di tempat pengungsian. Kata dia, selama berada di tempat pengungsian di salah satu lokasi pondasi rumah milik tetangga.
Berdasarkan hasil investigasi dari media Teliksadi.id jelas korban masih berada di tempat pengungsian dan tidak mendapat bantuan apapun dari Pemda.
Mereka pun hidup di tenda kecil selama satu minggu. Korban yang bernama Acana Tehuayo bersama anak laki-laki yang berusia 4 tahun serta keponakan yang bernama mirna leuly bersama bayinya juga yang berusia 7 bulan. tutur dia.
“Selama berada di tempat pengungsian mereka tidak mendapat bantuan apapun yang berupa makanan maupun minuman dari pemerintah setempat, sehingga bayi yang berusia 7 bulan itu serta anak yang berusia 4 tahun jatuh sakit terserang penyakit sampai saat ini dan belum menjalani pemeriksaan dokter karna krisis ekonomi” jelas Tehuayo
Lanjut dia, padahal mereka merupakan Warga Negara Indonesia, warga kota Ambon yang sudah puluhan tahun tinggal bersama Almarhum ayah dan almarhum ibunya yaitu Ibrahim Tehuayo dan Bintia Lesnussa. Rumah yang berada di deretan jalan gunung malintang RT 01/ RW 20 Belakang tokoh Rabani harapan jaya, desa batu merah ini, butuh uluran tangan dari pemerintah. tuturnya.
Menurutnya, dia yang merupakan pihak korban sudah melaporkan kondisi rumah yang rusak akibat gempa 26 september lalu kepada RT Jamal setempat. Tetapi sampai saat ini belum ada satupun yang datang untuk meninjau kondisi rumah yang rusak sampai dengan saat ini. Pungkasnya.
(Halid_Suailo/Teliksandi)