Sukoharjo | teliksandi.id – PC PMII Sukoharjo telah mengadakan Diskusi Publik dengan tajuk “Ada apa dengan Demokrasi di Sukoharjo??!!” yang bertujuan untuk mengupas fenomena Matinya Demokrasi Dalam Pilkada 2024 di Kabupaten Sukoharjo.
Diskusi yang digelar di Janji Lestari Space, Jalan Pendowo Timur IV, Pucangan, Kartasura ini dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat, termasuk akademisi, aktivis, mahasiswa, dan perwakilan organisasi masyarakat yang memiliki kepedulian terhadap perjalanan demokrasi di Sukoharjo.
Fenomena calon tunggal yang akan berkompetisi di Pilkada Sukoharjo menjadi fokus utama dalam diskusi tersebut. Para peserta diskusi sepakat bahwa munculnya calon tunggal adalah salah satu indikasi kemunduran demokrasi, Sistem demokrasi yang diatur dalam konstitusi negara seharusnya memastikan adanya pilihan bagi masyarakat dalam menentukan pemimpinnya.
Namun, dengan hanya satu calon yang tersedia, hak publik untuk memilih secara bebas dan kompetitif terancam hilang. Pilihan tunggal ini dianggap tidak hanya mempersempit ruang aspirasi, tetapi juga mencerminkan lemahnya kompetisi politik di daerah tersebut.
Salah satu peserta diskusi menyatakan, “Jika demokrasi seharusnya menjadi sistem yang membuka peluang bagi siapa saja untuk berkompetisi secara sehat, maka situasi ini justru menunjukkan adanya masalah serius. Ada apa dengan Sukoharjo? Mengapa hanya satu calon yang muncul? Apakah tidak ada kader parpol yang kompeten atau apakah ada faktor lain yang menyebabkan terbatasnya pilihan ini?”
Diskusi juga menyentuh isu partai politik sebagai wadah pencetak kader pemimpin, dalam sistem demokrasi, partai politik seharusnya mampu menciptakan dan menyiapkan calon pemimpin yang kompeten.
Namun, kenyataan di lapangan menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dan realitas, kurangnya calon yang maju dalam Pilkada Sukoharjo 2024 menjadi tanda tanya besar terkait kemampuan partai-partai politik di Sukoharjo untuk menelurkan kader yang siap memimpin daerah.
Hal ini dianggap sebagai cermin bahwa partai politik masih perlu melakukan pembenahan serius dalam aspek kaderisasi, visi, dan komitmen terhadap demokrasi itu sendiri.
Sahabat Landung Azbarkati, Wakil Ketua 2 PC PMII Sukoharjo yang juga bertindak sebagai pemantik dalam diskusi tersebut, menyampaikan, “Ketika hanya ada satu calon dalam sebuah kontestasi politik, kita patut bertanya: ke mana peran partai politik dalam menciptakan kader pemimpin? Calon tunggal bukan sekadar masalah pilihan yang terbatas, tetapi juga persoalan prinsipil yang berhubungan dengan kesehatan demokrasi kita, demokrasi harus memberi ruang bagi perbedaan dan kompetisi, dengan adanya calon tunggal, demokrasi kita seolah tereduksi menjadi sekadar formalitas, ini harus menjadi perhatian kita semua sebagai warga negara yang peduli pada keberlangsungan demokrasi yang sehat, Demokrasi di Sukoharjo Telah Mati” tegas Landung Mahasiswa UIN Raden Mas Said Surakarta. (11/11)
Landung menambahkan bahwa keberadaan calon tunggal bukan hanya tantangan bagi para pemilih, tetapi juga bagi semua elemen masyarakat. Kondisi ini menuntut semua pihak, baik pemerintah, partai politik, dan masyarakat sipil, untuk bersama-sama memperjuangkan demokrasi yang lebih inklusif.
“Jika kita abai terhadap fenomena ini, demokrasi yang kita banggakan akan semakin kehilangan makna sejatinya. Kita harus bekerja lebih keras untuk mengembalikan esensi demokrasi yang sebenarnya, yaitu kebebasan memilih dan hak untuk menentukan pemimpin terbaik sesuai kehendak rakyat,” papar Landung.
Landung Menegaskan, Calon tunggal langsung saja di Lantik, gak perlu habiskan anggaran pemilu puluhan milyar, anggap saja Demokrasi sudah Mati di Sukoharjo, tapi apabila dipaksakan maka Mahasiswa Siap Bergerak menangkan Kotak Kosong dalam Pilkada Sukoharjo 2024. tegas Landung.
Diskusi tersebut menggaris bawahi pentingnya evaluasi mendalam terhadap peran partai politik di Sukoharjo serta komitmen mereka dalam menghadirkan demokrasi yang partisipatif. Para peserta diskusi berharap agar Pilkada mendatang dapat menjadi momentum bagi perubahan dan perbaikan sistem politik di Sukoharjo, dengan harapan agar demokrasi yang sehat, inklusif, dan penuh pilihan dapat benar-benar terwujud di daerah tersebut. (Red/abi_ilma)