TELIKSANDI.ID–Dibakar atau tidak Prasasti Bala Putri Tungga Dewi dalam proses pembuatannya biarlah menjadi urusan uji coba kimia, fisika atau bidang ilmu yang relevan lainnya.
Urusan kita ada pada Tutur Tinular Babad Kurun Tanah Kuntala yang panjang. Tutur Tinular ini pernah disampaikan pada waktu Aditiawarman Patih Majapahit mengunjungi Kerinci – Kuntala- Sriwijaya – Malayo, bukan Melayu ! Pada saat Majapahit diambang keruntuhannya . Lama sekali Tutur Tinular tersebut di Tuturkan.
Pertama di Pengasi { nama sebuah daerah di Kerinci } ketika Aditiawarman baru saja sampai, Tutur Tinular di paparkan dengan cara adat. Adat berasal dari bahasa Arab yang artinya kebiasaan yang sudah berulang kali atau tradisi. Artinya bumi Kerinci adalah negeri yang sudah menglmplementasikan perbuatan Islami. Adat bersendi Sarak, Sarak bersendi Kitabullah. Jika Bukan Kitab Allah SWT dasarnya itu bukan adat namanya adat yang di adatkan secara formal dan proses .
Kedua di Terutung { nama daerah di Kerinci} ketika Aditiawarman istirahat naktek kondisinya segar seperti semula.. Nantek artinya menunggu, Tek ada dalam bahasa Jawa , apakah ini bahasa Bala Putra Tungga Dewa yang teradopsi di tanah Jawa. Bukan adopsi bahasa saja yang kita ingin melihatnya, tetapi kita melihat betapa erat dan baiknya silaturrahim manusia satu dengan yang lainnya saat itu.
Negeri Terutung merupakan tempat resmi tamu tamu kerajaan Kuntala – Sriwijaya – Pagaruyung – Malayo. Diterima dengan resmi artinya ada acara upacara resmi yang antara lain berisi materi bahwa Kuntala adalah tempat pertama yang didiami manusia migrasi dari tanah Arabian pada masa lampau.
Kuntala diambil dari tiga kosa kata Kun – Ta – Ala yang dijadikan nama sebuah negeri yang berbasiskan adat sebenar adat, dia adalah Kitabullah. Kitab Allah SWT itu banyak, yang banyak itu sudah terimplementasi sejak sangat lama di Kerinci.
Ketiga di Hianga atau Hiang Kota Raja Kerajaan Malayo. Di Hiang para penutur yang merupakan pemangku empat pusaka Sakti Alam Kerinci menuturkan silsilah raja – raja Nusantara untuk diketahui Aditiawarman dan dipahami. Guna pelaksanaan keutuhan Nusantara tempo dulu. Tentu hal tersebut sekaligus untuk masa kini untuk keutuhan NKRI yang melanjutkan negara Nusantara tersebut.
Antara lain disampaikan bahwa nusantara lahir diawali dan dilanjutkan sebagai berikut ini. Pertama sebagai negeri kecil di pesisir barat pulau Sumatera persisnya di kabupaten Pesisir selatan Provinsi Sumatera Barat masa kini. Negeri ini diberi nama Kuntala yang menjadi sebuah negara/ kerajaan yang dipimpin oleh seorang Sultan. Negara ini berkembang dan tumbuh dalam Babad dan Kurun waktu yang panjang sehingga terjadi perubahan nama berkali kali sebagai berikut ;
Kuntala – Kerinci – Pagaruyung Darul Aman – Jambi – Malayo – Sriwijaya – dan seluruh raja – raja Nusantara . Perubahan nama ini terjadi karna adanya alasan penting kenegaraan.
Seluruh raja – raja Nusantara tersebut berada didalam ikatan para raja – raja. Ikatan dalam hubungan silaturrahim sejati dan setengah jati yaitu dengan perdamaian mengikat persaudaraan berdasarkan Sarak Hukum pada waktu itu. Ikatan tersebut dinamakan ikatan raja draja yang berada dibawah pimpinan Sultan Maharaja Diraja yang pusat pertamanya berada di Sangaran atau Sangiran Bukit Masurai di bibir pantai pesisir daerah Indrapura Provinsi Sumatera Barat.
Raja pertama terbesarnya adalah Sultan Maharaja Diraja Muhammad Alif yang populer disebut Sultan Alif. Ketika Beliau Wafat dilanjutkan oleh putra pertamanya dari tiga putra yang dititipkan kepadanya. Tiga titipan tersebut dikenal dengan nama Raja Tiga Silo {Temenggung Ulu Belang, Temenggung Sikumbang, Temenggung Sigiring tiga raja ini juga dijuluki dengan manusia harimau } inilah awal silsilah Sultan Maharaja Diraja di nusantara. Kesultanan Bukit Masurai dengan rajanya Sultan Alif yang dilanjutkan oleh tiga putranya dapat berjalan aman rukun dan damai. Inilah kehidupan bernegara yang nyaman awal dari kelancaran dan sukses menuju kemakmuran saat itu. Bukit Masurai Berkembang menjadi Kotaraja Nusantara. Dari sinilah lada dan marica menjadi komoditi expor kebelahan barat dunia sehingga nusantara menjadi daerah penghasil rempah – rempah pada saat itu. Komuditi expor lainnya gading gajah, cula badak, kayu dan getah vinus markusi menjadi komoditi expor kebelahan timur dunia seperti Tiongkok. Komuditi ini ditambah dengan hasil hutan lainnya berupa getah damar dan buah jernang. Waktu itu buah Koying belum banyak dipasarkan sulit menerobos hutan belantara dalam pengumpulan dan pengirimannya keluar negeri.
Pemekeran penguasa menjadikan lahirnya dua Kotaraja Baru dalam Kerajaan Kuntala. Dua Kotaraja tersebut adalah Hiang dan Tanjung Tanah. Hiang dan Tanjung Tanah menjadi pusat Kotaraja – Diraja dibawah pimpinan Sultan Alif dengan gelar yang disandangkan padanya Sultan Maharaja Diraja Temenggung Ulu Belang.
Bukit Masurai merupakan tempat tiga raja Nusantara ini sering mengadakan silaturrahim atau konsultasi, konsolidasi, komunikasi yang horizontal dan vertikal, kebawah dengan para rakyat Nusantara. Pada waktu itu berlaku benar adat hukum di negara Nusantara tempo dulu itu.
Kini Hozon Khaozak Profesor Hawai University meneliti sisa kitab hukum yang terdapat di Kota Raja Tanjung Tanah. Kota Raja Tanjung Tanah sebagaian telah amblas kedalam bumi. Dia adalah Danau Kerinci kita saat ini. Letusan Tektanovulkanik telah menghabiskan Kota Raja di Kaki Gunung Raya itu.
Danau Kerinci yang kini terbantang damai ditengah – tengahnya para nelayan sering mendapatkan adanya sisa puncak gunung yang kadang – kadang ditemukan sebagai dangkalan di tengah danau. Benarkah demikikan ! Butuh penelitian guna pembuktian. Tentu bukan menurut cerita nelayan saja agar Geopark Kerinci menjadi lebih besar lagi. Tanjung Tanah tempat naskah kuno kerajaan Kuntala tersempan sekarang ini dahulu merupakan sebuah tanjung di kaki Gunung Raya . Dulu Tanjung itu berada didalam laut tawar sehari pelayaran. Laut tersebut kini sudah menjadi sebagian hamparan luas kabupaten Kerinci dan Kota Sungai Penuh. Dengan demikian daerah tersebut benar – benar merupakan warisan Geopark dunia. Dia Kerinci kini benar – benar objek wisata dan paru – paru dunia. Objek wisata yang tidur namun paru – parunya masih murni sehat benapas untuk kita semuanya. Paru – paru tersebuat senantiasa berpikir dan dipikirkan. Akankah umur kita panjang ? katanya bagaimana paru – paru dunia dapat menghasilkan rupiah ! { edisi 3}
Di tulis :Drs sahrani
Pemerehati budaya