MALANG, TELIKSANDI.ID – Frasa ‘berhenti bertumbuh’ sepertinya tidak dikenal di kamus Sekolah Selamat Pagi Indonesia (SPI). Sekolah gratis berbasis Bhineka Tunggal Ika untuk kaum dhuafa yang didirikan Julianto Eka Putra di Kota Batu, Malang ini selalu berusaha mencapai lebih tinggi dan lebih baik lagi dari waktu ke waktu.
Setelah berdiri 12 tahun, sukses mendirikan puluhan unit bisnis sebagai laboratorium ‘life-skill’ bagi siswa-siswinya, dinobatkan menjadi Kick Andy Heroes 2018 di Metro TV, dan mendapat penghargaan Ormas Pendidikan Terbaik 2019 dari Kemendagri RI, maka September 2019 ini SPI secara resmi membuka Sekolah Tinggi Bisnis Selamat Pagi Indonesia.
Serupa dengan SMA SPI, Sekolah Tinggi Bisnis SPI juga dikhususkan bagi mahasiswa dan mahasiswi dari kalangan tidak mampu. Perjuangan Julianto Eka Putra dan siswa-siswi SMA SPI juga diangkat menjadi ide cerita film Anak Garuda yang digarap Butterfly Pictures dengan Producer Verdy Solaiman, disutradarai Faozan Rizal dan akan beredar di awal 2020 mendatang.
Diwawancarai saat perkuliahan perdana Sekolah Tinggi Bisnis SPI (09/09), inisiator Sekolah SPI Julianto Eka Putra menyatakan tujuan berdirinya Sekolah Tinggi Bisnis ini masih sama, yaitu memutus mata rantai kemiskinan keluarga. “Meskipun secara kemampuan banyak lulusan SMA SPI yang memiliki performance kerja yang sanggup menandingi lulusan perguruan tinggi, namun sebagai lulusan SMA, ketika mereka mencari pekerjaan di luar SPI jadi sering kalah bersaing, atau kalaupun dapat posisinya kebanyakan menjadi operator, nah jika harapan kita ingin memutus rantai kemiskinan di keluarga, maka tidak cukup menjadi operator, melainkan harus mampu menjadi manajer dan businessperson yang visioner, memiliki leadership dan mampu mengelola bisnis dengan baik. Untuk itulah kami pikir perlu membekali juga kemampuan manajerial yang memadai bagi siswa-siswi, lewat Sekolah Tinggi Bisnis ini,” ungkap Julianto yang akrab dipanggil Koh Jul.
Sekolah Tinggi Bisnis ini berdiri masih di lokasi Sekolah SPI di Kota Batu Malang, saat ini baru memiliki 1 program studi, yaitu Prodi Kewirausahaan, yang menggelar perkuliahan dengan 50 mata kuliah yang dikemas dalam 144 SKS. Untuk pertama
kalinya di Indonesia, lulusan dari sekolah ini kelak akan mendapatkan gelar Sarjana Bisnis. Kurikulum yang diajarkan sendiri lebih berorientasi ke entrepreneurship dengan konten berupa latihan inovasi dan kreativitas, mengelola produksi, menyusun strategi dan mengeksekusi program pemasaran, finance, accounting, human capital, strategic planning, bahkan termasuk juga mengasah leadership dan visi sebagai pemimpin bisnis yang unggul.
Saat ini mahasiswa yang mengikuti perkuliahan di tahun pertama baru alumni SMA SPI, tetapi tahun ajaran depan sudah akan mulai menerima mahasiswa baru, yang tetap diseleksi sesuai dengan kondisi ekonomi keluarganya, sehingga yang paling tidak mampu, adalah yang paling berhak belajar di sekolah ini, serupa dengan seleksi pelajar SMA SPI.
Untuk menyusun kurikulumnya, Julianto bekerja sama dengan sejumlah pihak, mulai dari pemilik-pemilik perusahaan, maupun profesional dunia usaha selevel manajer dan direktur untuk melakukan fact finding, dan riset mengenai apa yang mereka butuhkan dari lulusan S1 baru, kemudian tim ahli Sekolah SPI merumuskan kurikulum yang menjawab kebutuhan itu. Rancangan kurikulum itu sudah diajukan ke Dirjen Dikti dan sudah mendapat persetujuan sejalan dengan keluarnya izin Sekolah Tinggi Bisnis ini.
“Kami menyiapkan lulusan Sekolah Tinggi ini untuk mampu memenuhi kebutuhan pasar tenaga kerja global secara memadai. Kesuksesan mahasiswa menerima pelajaran tidak cuma bergantung pada nilai yang mereka dapatkan, melainkan 11 poin behavior (perilaku) yang harus mereka tanamkan di dalam diri mereka selama 4 tahun kuliah. Jika 11 poin itu sudah berhasil diinternalisasi, berarti mereka telah siap lulus, kalau belum sempurna, maka masih harus melanjutkan pendidikan,” jelas Koh Jul.
Sebelas poin tolok ukur perilaku tersebut disebut 11 Values of Life yang terdiri dari: Grateful is our breath; Vision is our dream; Love is our language; Learning is our journey; Passion is our soul; Creativity is our thinking; Service is our habit; Integrity is our action; Courage is our decision; Value is our life; Heaven is our purpose.
“Dengan 11 Values of Life ini, kami meyakinkan para mahasiswa bahwa sekolah tinggi ini tidak mengajarkan kalian untuk tidak pernah gagal, tetapi sekolah ini mengajarkan kalian untuk tidak pernah menyerah,” ungkap Koh Jul.
Beberapa tokoh dan guru bisnis terkemuka di Indonesia telah menyatakan kesediaan menjadi dosen tamu rutin di sekolah ini, di antaranya CEO & Chairman High Desert International Brandon Chia, Key Leader Regional Marketing High Desert International Su Mae Chia, DR. TECH. Sendy F. T. ST., MT., M.ENG., CFP, EVP Human Capital Management BCA Hendra Tan, mantan HR Director Indofood Josef Bataona, Irawati Setiadi, President Commissioner PT. Kalbe Farma TBK dan Ongkie Tedjasurja, Director of PT. Kalbe Farma TBK, Alexius Sutojo Tedjokusumo, Direktur PT. Hore Indonesia, Hermanus Susilo, Pengusaha dan Direktur Perusahaan Publishing MIC, Ir. Maria Regina, MM, CFP.,QWP, Direktur Perusahaan Financial Planning BIC Course, Sellyana ST.MM.CFD, Corporate Director of Binar Group, dan Tonny H. Adikarjo, ST, MM, CFP, Presiden Direktur PT Binar Insan Cemerlang. Kebetulan perusahaan-perusahaan ini sering melakukan program outbound di SPI, sehingga mereka dengan senang hati mendukung berdirinya Sekolah Tinggi Bisnis SPI ini.
Ditemui terpisah, Tonny H. Adikarjo, ST, MM, CFP, Presiden Direktur PT Binar Insan Cemerlang mengakui bahwa ide mendirikan Sekolah Tinggi SPI ini adalah ide yang baik dan perlu didukung. “Kehadiran Sekolah Tinggi Bisnis SPI ini menjadi kontribusi berharga bagi kehidupan para siswa ini, dari putus sekolah ternyata mereka bisa menyelesaikan pendidikan tidak sekadar tingkat SMA, tetapi bisa mendapat pendidikan tinggi. Hal ini juga memberi secercah harapan bagi siswa SMP se-Indonesia yang terancam putus sekolah, jika bisa masuk SPI, maka pendidikan mereka bisa terjamin hingga perguruan tinggi. Bagi siswa sendiri, pasti value dan confidence-nya lebih baik dan lebih mudah bagi mereka memperbaiki kehidupan keluarganya,” ungkap Tonny H. Adikarjo yang juga dikenal sebagai penulis buku-buku sukses seperti Secret of Wealth Series.
Sekolah SPI untuk tingkat SMA didirikan Julianto Eka Putra pada 2007 sebagai perwujudan dari idealismenya untuk mengurangi jumlah anak putus sekolah karena ketidakmampuan ekonomi, sehingga yang diterima masuk sekolah ini benar-benar anak-anak miskin dari seluruh Indonesia. Tak cuma gratis, para siswa tinggal di asrama dan menerima uang saku bulanan. Selain pendidikan SMA seperti biasa, para siswa juga menerima pendidikan ‘life-skill’ yang membekali mereka menjadi tenaga profesional siap kerja dan kesempatan berlatih di Transformer Center yang terdiri dari puluhan unit usaha, mulai dari perhotelan, travel agency, gedung pertunjukan, kuliner, merchandising, musik, audio visual, bahkan unit usaha terbarunya adalah sebuah production house yang memproduksi film layar lebar berjudul Anak Garuda, yang
terinspirasi dari kisah siswa-siswi Sekolah SPI di tahun-tahun awal. Karena kepeloporan dan perjuangannya ini, Julianto Eka Putra dan Sekolah SPI dinobatkan menjadi Kick Andy Heroes 2018.
“Saya berharap adik-adik yang belajar di Sekolah SPI memiliki masa depan yang lebih cerah, mereka bisa lebih percaya diri, inovatif, kreatif dan mampu berkontribusi bagi dunia usaha yang sehat di Indonesia, dan yang pasti berkontribusi meningkatkan taraf hidup keluarga dan kerabatnya. Bagi SPI sendiri, saya berharap bisa menjadi contoh baik dari negara kita hingga ke panggung internasional, saat ini sudah ada beberapa study banding dari sekolah di Kamboja untuk level SMA. Koh Jul juga sudah diundang untuk berbicara soal pendidikan di Malaysia dan bahkan UNESCO. Semoga dengan kehadiran Sekolah Tinggi Bisnis ini, mereka bisa makin dikenal dan mendapat dukungan internasional,” ungkap Tonny H. Adikarjo.
“Harapan saya, dari sisi para mahasiswa, saya ingin mereka bisa memutuskan mata rantai kemiskinan di keluarga. Tapi secara global, saya ingin mereka bisa menjadi valuable person yang bisa menjadi valuable leader. Dari sisi kelembagaan, saya berharap kami bisa menjadi benchmark sistem pendidikan tinggi yang tepat guna, sehingga tidak ada lagi keluhan terhadap kualitas first jobber di Indonesia, tidak ada lagi keluhan bahwa mereka tidak siap kerja,
mentalnya parah atau perilakunya tidak karuan, dari sisi kami sendiri sebagai pendiri kami berharap ini bisa jadi sumbangsih kami bagi Indonesia, kami ingin amanah terhadap status kami sebagai bangsa Indonesia,” tutup Koh Jul. (Red/Teliksandi)