Solo | Teliksandi.id – Tari 8 topeng Ireng diciptakan 73 tahun lalu di Desa Tungsongo Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang Jawa Tengah.
Tari tradisional tersebut lahir saat rakyat Indonesia belum sepenuhnya bebas dari penjajahan Belanda, meskipun sudah memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945.
Tidak mungkin untuk melawan secara frontal sebab prajurit TNI saat itu kalah jauh dalam hal persenjataan dengan tentara penjajah kolonial yang memiliki alat perang yang lebih modern yang membuat para patriot bangsa itu memutar otak untuk bisa mengalahkan penjajah.
Sampai akhirnya muncul ide dari prajurit TNI saat itu mengklamufasekan perjuangan ke dalam sebuah tarian yang diciptakan bernama tari topeng Ireng.
Tak lekang oleh waktu tari topeng Ireng tersebut sampai saat ini masih eksis, dan bahkan menjadi salah satu idola dari tari-tarian tradisionil Jawa yang ada di tanah air.
Terutama pada gerakan-gerakan dari tari topeng Ireng tersebut mungkin ada mengalami sedikit perubahan namun untuk kostum yang menyerupai seperti pakaian suku Indian di Amerika masih tetapi dipertahankan.
Seperti di sanggar LBK milik Laura Erawati Dewi. Sejak Januari 2017 bersamaan dengan berdirinya sanggar mengajarkan sejumlah tarian-tarian khususnya Jawa dan tari India. Untuk tari Jawa diantaranya yakni tari topeng Ireng.
“Tari topeng Ireng itu sebenarnya adalah tarian yang berasal dari lereng merapi jadi toto irama lenceng. jadi istilahnya mereka itu semacam Kanuragan tapi dikamuflasekan pada saat penjajahan Belanda,” ujarnya.
Sehingga tambahnya karena perjuangan saat itu harus disembunyikan sehingga harus di sembunyikan dalam sebuah bentuk kesenian tari yaitu topeng Ireng.
“Makanya nampak gerakkannya sigrak betul-betuk ceria,” tuturnya.
Untuk perbedaan antara tari topeng Ireng dahulu dan yang ada disanggarnya kata dia hanya ada di make-up. Dimana kalau topeng Ireng dahulu bagian wajah dibuat corat-coret sedangkan tari topeng di sanggarnya memakai makeup cantik.
“Ciri khas Topeng Ireng Erawati itu ada di make-up, make-upnya cantik tidak ada coret-coret di wajah,” tuturnya.
Di sanggar Erawati ada 15 orang penari topeng Ireng. Dimana dari para penari yang di dominasi penari wanita terdapat seorang penari bocah perempuan dan yang tertua sedang menempuh kuliah di perguruan tinggi.
Dari tari yang dibawakan di halaman restoran Soga Resto tersebut terdapat tarian tradisional lain yang ditampilkan selain tari topeng Ireng yakni tari gedruk yang di bawakan 5 penari pria.
Penampilan Tari topeng Ireng usai senam Zumba itu mendapat sambutan meriah dari masyarakat yang sedang menikmati momen CFD Minggu (28-5-2023).
Tari topeng Ireng itu dibawakan 10 penari dari sanggar LBK Erawati. Dari para penari topeng Ireng tersebut terdapat 1 anggotanya yang masih berusia 2 tahun. Namun meskipun masih balita iya sanggup menampilkan gerakan-gerakan dari anggota tari lainnya yang sudah remaja Hingga dewasa.
Usai Tari topeng Ireng di susul tampil tarian Gedruk yang dibawakan oleh 5 penari pria. Tidak kalah apik mereka juga membawakan gerakan-gerakan seperti gerakan tari topeng Ireng selama sekitar 15 menit.
Sementara itu Robianto penanggung jawab RM Soga Resto mengatakan pihaknya berkolaborasi dengan pemilik sanggar-sanggar untuk bisa menampilkan kesenian seperti saat ini yang tampil yakni tari topeng Ireng.
Menurutnya pihaknya sangat mendukung kegiatan apapun apalagi untuk melestarikan budaya seperti tari topeng Ireng yang sudah ada sejak puluhan tahun.
“Nguri-uri (melestarikan) budaya inikan termasuk heritage cagar budaya di Solo. Jadi bagaimana kita antara ada senam Zumba ada tarian juga sebuah kolaborasi di tempat eksklusif seperti ini,” ujarnya.
Setiap Minggu tambah dia di momen CFD pihaknya secara rutin menggelar berbagai kegiatan mulai senam Zumba dan tari yang semua bisa diikuti masyarakat umum tanpa di pungut bayaran alias gratis. ” Kami mengundang masyarakat pada momen CFD untuk mengikuti kegiatan senam dan juga untuk menikmati sajian kuliner seperti bubur ayam, soto ayam, Zuppa Soup dan lainnya,” paparnya. (Uci/red)