KALTENG | TELIKSANDI.ID – Merebaknya virus African Swine Fever (ASF) yang menjangkit pada hewan babi mendapatkan perhatian khusus dari Pemerintah Indonesia, Pemerintah menggelar Rapat koordinasi lintas instansi dari Ditjen PKH direktorat kesehatan hewan, provinsi Kalimatan tengah dan dinas kota Palangkaraya, Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Provinsi Kalimantan Tengah.
Balai Veteriner Banjar Baru di Kalsel sebagai UPT Direktorat Kesehatan Hewan Ditjen PKH yang ada di Pulau Kalimantan, maka Kementan: Dr. Drh. Nuryani Zainuddin., M.Si Direktur Kesehatan Hewan dan Drh. Arif Wicaksono., M.Si (Koordinator Substansi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan. Menugaskan Drh. Dollik Donando, Drh. Ermawanto dan Tachori.,AMd. ke Kalimantan Tengah, Ka bvet banjarbar drh. Putut Eko Wibowo menugaskan drh. Widjanarko, M.Sc. dan drh. Harwanto, M.Sc.
Ir. Hj Sunarti, MM., Kepala Dinas Tanaman pangan hortikultura dan peternakan provinsi Kalimantan Tengah, Paturrahman, S.Pt, MM., Kabid peternakan dan kesehatan hewan, Drh. Nina Ariani, M.Si fungsional madya medik veteriner, Drh. Agnes Mayanita Batas, M.Si PLT kasi keswan dan kesmavet, Bersama koordinasi Tim Pusat dan BVet Banjarbaru dalam melakukan kegiatan KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) mengenai ASF dan penanganan ASF di terima oleh Kepala Bidang Peternakan Faturrahman. Melakukan KIE di desa petuk ketimpun kecamatan Jekan raya dihadiri peternak, petugas dan PPL kota Palangkaraya.
drh. Dollik Donando dalam keteranganya menjelaskan, “Kita menggelar rapat koordinasi lintas instansi guna melaksanakan dan meningkatkan kewaspadaan pada seluruh lalu lintas yang berkaitan dengan peternakan babi, mulai dari ternaknya, pakannya, lintas barang dibutuhkan, hingga orang yang berinteraksi langsung kegiatan peternakan karena manusia bisa jadi media penularan virus, maka Koordinator Substansi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan menjadi sangat penting” jelas drh Dollik Petugas dari Ditjen PKH direktorat kesehatan hewan Kementan. (03/11)
Dalam kondisi pandemi saat ini, dengan adanya virus mematikan pada ternak babi ini menambah panjang daftar tantangan pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat. Untuk itu diharapkan masyarakat tidak mengkonsumsi ternak yang mati disebabkan penyakit.
Dollik juga menjelaskan, “rangkaian kegiatan dilaksanakan Penyerahan bantuan obat, vitamin dan desinfektan ke peternak di kabupaten Gunung Mas Kalimantan Tengah” Jelasnya.
Juga mensosialisasikan penularan ASF dapat terjadi melalui pakan sisa, terutama sisa perhotelan yang dihuni orang asing dari negara penyebar virus tersebut, maka kewaspadaan juga harus ditingkatkan. Meskipun ASF bukan termasuk penyakit zoonosis yang menular ke-manusia, namun jika dikonsumsi itu bisa menyebabkan penyakit pada manusia.
“kita mulai dari tahap sosialisasi, komunikasi, edukasi dan informasi kepada masyarakat terutama pada peternak dan masyarakat yang mengkonsumsi daging babi dan sekaligus mengumpulkan sampel kasus yang terjadi di wilayah kalimantan tengah” papar Dollik.
Babi yang hidup maupun sudah mati, segala macam produk babi, kotoran dan urin babi, kutu babi, bahan makanan, fomite (benda mati) dan manusia (pakaian, alas kaki, topi, dan lain-lain) yang terkontaminasi virus ASF merupakan carrier potensial bagi penularan virus ASF.
Kementerian Pertanian melalui Ditjen PKH sudah mempersiapkan dan melakukan tindakan-tindakan untuk menghadapi potensi penyebaran virus demam babi afrika di Indonesia juga sangat pentingnya penerapan sistem komunikasi, informasi dan edukasi untuk masyarakat terutama di daerah peternakan. pungkasnya. (Red/Ayah)