Teks Swafoto: Wakil Ketua LDNU PBNU, KH Ahmad Shodiq, bersama Gus Din / RB. Syafrudin Budiman SIP dalam sebuah acara beberapa waktu lalu di Jakarta.
Berikut Hasil Wawancara Khusus Gus Din / RB. Syafrudin Budiman SIP kepada Wakil Ketua LDNU PBNU, KH Ahmad Shodiq terkait fenomena ada beberapa kelompok yang mempertentangkan antara Islam dan Pancasila, dan Agama dan Negara.
JAKARTA | Teliksandi.id – Pada akhir-akhir ini terjadi fenomena para mualaf Pancasila melakukan kegaduhan dimana-mana, yang mana ada sekelompok anak bangsa yang sebenarnya tidak menyetujui terhadap ideologi Pancasila karena tidak tahu bahwa Pancasila ini adalah hasil pemikiran yang sangat jernih, diperas dari perjalanan kebangsaan selama ribuan tahun oleh para pendiri negara Indonesia.
Pada waktu itu anggota BPUPKI, seperti KH Agus Salim, lalu dari kelompok-kelompok Nasrani, kemudian ada KH Wahid Hasyim, mereka semuanya sangat natural. Tidak punya kepentingan apa-apa, hanya ingin Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) butuh berdiri tegak. Lalu seluruh pikiran, seluruh tenaga dicurahkan.
“Beliau-beliau ini menghimpun sejarah-sejarah kebangsaan ini. Sejak abad ke 9 yaitu pada zamannya Sang Hyang Bajra, seorang sastrawan, seorang brahmana yang sangat tinggi ilmunya. Ilmu pengetahuan ilmu pengetahuannya luas dan ilmu spiritualnya juga tinggi. Dari berbagai disiplin ilmu yang sudah tertera, ditulis diberbagai tulisan-tulisan. Sang Hyang Bajra punya lima anak dikisahkan disebut dengan Panca Tirta. Kenapa kog disebut dengan Panca Tirta, karena ke limanya ini punya kelebihan masing-masing,” tutur Wakil Ketua LDNU PBNU, KH Ahmad Shodiq dalam wawancara khusus dengan jurnalis senior Gus Din atau Syafrudin Budiman, SIP di kawasan Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (04/09/2020).
Lebih lanjut, KH Ahmad Shodiq mengemukakan kepada Gus Din, bahwa Sang Hyang Bajra Lalu memiliki anak sampai kepada keturunan ke 7, lahir yang namanya Mpu Tantular. Mpu Tantular ini terkenal dengan tulisannya Bhinneka Tunggal Ika yang bermakna “Berbeda-beda kita tetap satu”.
“Artinya, Mpu Tantular menginginkan Negara Kesatuan Republik Indonesia utuh, tidak terpecah belah. Lalu kemudian sampai punya anak yang bernama Arya Wiraraja. Pada keturunan yang ke sepuluh, muncul Ken Arok yang menurunkan berbagai raja-raja di Jawa dan nusantara,” katanya.
Kemudian KH Ahmad Shodiq menjelaskan di abad 13 masuk kelompok-kelompok Islam yaitu kelompok-kelompok Syekh Subakir, 5yekh Malik Ibrahim, Syekh Asmoro Kondi, dan Syekh Maulana Mahgribi.
“Pemikiran-pemikiran mereka semua yang sudah tertulis di kitab-kitab mereka, diperas menjadi Pancasila. Dalam hal ini tokoh utamanya yaitu Bung Karno sebagai Bapak Pendiri Bangsa Kita. Setelah menerima masukan-masukan dari anggota BPUPKI, BPUPKI menyerap seluruh inti sari perjuangan kebangsaan kita,” tambahnya.
Menurut KH Ahmad Shodiq disebut dalam Pancasila yaitu pertama, Ketuhanan Yang Maha Esa. Ketuhanan Yang Maha Esa yang dimaksud adalah warga negara Indonesia ini harus Bertuhan, tapi bukan negara agama tapi negara yang beragama.
“Negara kita ini bukan atheis bukan negara sekuler juga bukan negara agama. Karena apa saudara-saudara, negara atheis contohnya seperti Uni Soviet hanya bertahan 70 tahun, mulai tahun 1920 sampai 1990. Hanya 70 tahun, karena apa, karena mengingkari hati manusia. Bahwa kita ini makhluk yang diciptakan oleh Tuhan. Lalu kalau kita nonton negara sekuler, seperti di Eropa Barat. Ada Italia, ada Denmark, disitu memang dibiarkan orang-orang boleh beragama, juga boleh tidak beragama. Bahkan di undang-undang nya menyatakan bahwa laki-laki boleh kawin dengan laki-laki, perempuan boleh kawin dengan perempuan, atau laki-laki.boleh kawin dengan perempuan. Ini sekuler, tapi pada akhirnya ini berbenturan dengan Kristen Katolik. Karena seluruh agama itu tidak memperbolehkan perkawinan satu jenis,” katanya.
Dia mencontohkan negara yang beragama seperti di Timur Tengah. Disana di Timur Tengah negara yang beragama, negara agama. Padahal agama itu suci, negara itu tidak suci karena negara itu dikendalikan oleh manusia. Sedangkan agama itu adalah kitab-kitab yang diwahyukan oleh Allah SWT. Itu suci, sehingga di Timur Tengah terjadi peperamgan antar saudara. Pembunuhan diantara umat muslim sendiri. Apakah itu diperbolehkan oleh agama, itu jelas tidak diperbolehkan.
“Disinilah masalah yang timbul, kalau di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini agama tidak menjadi teks konstitusi, tapi negara itu memayungi semua agama yang ada di Indonesia,” ujarnya.
Kemudian pada sila yang kedua, yaitu Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
“Kenapa kog harus Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab? Karena orang yang beragama, orang yang beribadah, orang yang naik haji, sembahyang dimana-mana, di Pura dan lain-lain itu dianggap bohong. Dianggap tidak melakukan apa-apa kalau tidak menghormati, tidak menyayangi sesama manusia. Dianggap dusta melakukan ibadah tapi ibadahnya dusta. Kemanusiaan, lalu ditambah dengan Kemanusiaan Yang Adil. Jadi adil kepada siapapun, adil kepada lingkungan. Manusia adil kepada hewan itu kita harus adil,” ucapnya.
Menurut KH Ahmad Shodiq, sila ketiga Pancasila yaitu Persatuan Indonesia, karena warga Indonesia ini seluruhnya harus bersatu. Perkara dengan negara-negara lain dia menggangap hanya berkenalan dan hanya kerjasama, tapi perayaan ini harus diperkuat dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
“Jadi kita harus bersatu untuk menghadapi tantangan yang ada didalam dan juga tantangan yang timbul dari luar. Dengan bersatu Insya Allah kita kuat menghadapi persoalan-persoalan yang akan dihadapi,” tegasnya.
Sedangkan sila yang keempat yaitu Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan adalah bahwa rakyat ini butuh pimpinan. Untuk bagaimana, untuk diarahkan kerakyatan bukan keelitan, tapi kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan.
“Jadi umpamanya sekarang ini rakyat tidak pernah merasakan kesejahteraan ini makanya nantinya harus diarahkan kepada Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyawaratan Perwakilan,” katanya.
Terakhir, sila kelima dari Pancasila yaitu Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia. Bagi KH Ahmad Shodiq, Keadilan Sosial itu adalah untuk bagaimana warga negara memiliki keempatan untuk sejahtera dalam bidang ekonomi.
“Untuk itu kita harus adil. Seorang pemimpin itu harus adil. Umpamanya sekarang ini ada orang yang miskin, ada orang kaya itu kapasitas. Kapasitas menerima atau mengambil kesempatan-kesempatan itu. Tapi harus adil, harus sama-sama merasakan. Tentunya ini tidak sama antara perusahaan ban dengan tukang tempel ban. Tapi sama-sama merasakan rezeki yang diberikan oleh Tuhan,” tutupnya usai wawancara khusus dengan Gus Din (red)